Penjualan Mobil Mewah Semakin Mengkhawatirkan di Indonesia

Mobl Premium Rolls-Royce Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Berbeda dengan segmentasi mobil yang lain yang terus bertumbuh di pasar Indonesia, populasi supercar seperti Rolls-Royce maupun Lamborghini disinyalir tak memiliki pertumbuhan. Hal tersebut dilihat dari tidak adanya mobil baru serupa di tanah air.

Rudy Salim, Presiden Direktur Prestige Image Motorcars mengungkapkan bahwa setelah memasuki 2015, warga Indonesia pecinta supercar tak membeli mobil baru. Soalnya, biaya masuk dan pajak yang menghimpitnya sudah tergolong tidak wajar.

"Pernah tidak lihat mobil 2016 atau 2017 (supercar)? Tidak ada. Semua Ferrari disini misalkan, paling mentok 2014. Ferrari 2015, 2016, 2017 sudah tidak ada sekarang populasinya. Ya mungkin ada satu-dua orang saja, tidak sampai lima," paparnya kepada wartawan di Jakarta.

"Rolls-Royce juga begitu. Pada saat itu (2014) harganya 7 sampai 8 Miliar, tapi ketika beli sekarang dengan bentuk dan spesifikasi yang sama jadi Rp 12-13 Miliar. Jadi yang mana mau beli, mendingan beli bekasnya. Maka tidak heran bahwa di Indonesia, tidak ada mobil supercar baru (populasi)," tambah Rudy.

Maka tak heran, berbagai diler mobil premium dan sejenisnya mengalami penurunan performa. Prestige Image Motorcars selaku importir supercar misal, yang tahun ini mencatat penurunannya sampai 80 persen.

"Hal tersebut dari kebijakan PPnBM kemarin itu. Maka supercar di 2014 saja udah jarang sekarang. Paling banyak 2011 sampai 2012. Apalagi ada penyesuaian di CIF (Cost, Insurance, and Freight) sehingga mana bisa jualan kita. Ya, ini penjualan turun 80% tahun ini," ujar Rudy.

Padahal, lanjutnya, kendaraan khususnya roda empat merupakan salah satu indikator yang memperlihatkan bahwa suatu negara sudah cukup maju atau tidak. Selain itu, ia juga mampu membuka lapangan pekerjaan.

"Padahal, mobil itu kan early indicator dari suatu prosperity di suatu negara. Kalau mobilnya bagus-bagus negaranya cukup maju, istilahnya gitu. Kalau negaranya maju, makin banyak lapangan pekerjaan, dan terus rentet kebawah," kata Rudy.

"Misalkan kan orang yang 'kaya' itu mau beli mobil seperti ini (supercar) sehingga buka lowongan kerja kan? Nah di sini malah seolah-olah seperti di musuhin, sedangkan di luar Negeri yang ada malah dirangkul seperti diadakannya tax holliday. Akhirnya gimana? Maju Negaranya, yang merasakan kenikmatannya seluruh kalangan masyarakat," lanjutnya.

"Jadi istilahnya kalau ada sapi, jangan dibuang. Diperah saja susunya. Nah ini malah seperti dibunuh sapinya," tutup Rudy. (lth/lth)


Sumber : detik.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »